Setelah Rosululloh menyelesaikan sholat, sahabat berpakian lusuh itu segera beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu, Rasululloh menegurnya, “ Tsa’labah!,mengapa engkau tergesa-gesa pulang. Tidakkah engakau berdoa terlebih dahulu. Bukanlah tergesa-gesa keluar dari mesdjid adalah kebiasaan orang-orang munafik..”
Tsa”labah. Menghentikan langkahnya, ia
sangat malu ditegur oleh Rosululloh, tetapi apa mau dikata, terpaksa ia
berterus terang kepada Rosululloh. “ Wahai Rosullloh, kami hanya
memiliki sepasang pakaian untuk sholat dan saat ini istriku di rumah
belum melaksanakannya sholat karena menunggu pakaian yang aku kenakan
ini, Pakaian yang hanya sepasang ini kami pergunakan sholat secara
bergantian. Kami sangat miskin, untuk itu, Wahai Rosululloh. Jika engkau
berkenan, doakanlah kami agar Alloh menghilangkan semua kemiskinan kami
ini dan memberi rezeki yang banyak.
Rosululloh tersenyum mendengar penuturan
Tsa”labah, lalu beliau berkata,” Tsa”labah sahabatku, engkau dapat
mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih baik dari pada engkau
bergelimangkan harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur. Nasehat
Rasululloh sedikit menghibur hati Tsa”labah, karena sesungguhnya yang
ada dalam benaknya adalah dia sudah bosan menjalani hidup yang serba
kekurangan, Satu-satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa
kepada Rosululloh, karena Doa seorang utusan Alloh pasti didengar
Alloh, itulah yang selalu menjadi angan-angan Tsa’labah.
Sehingga keesokan
harinya ia kembali menemui Rosulullloh, dan memohon agar beliau mau
mendoakannya agar menjadi orang kaya. Rosululloh kembali menasehati, “
Wahai Tsa’Labah. Demi Dzat diriku diriku berada ditanganNya, seandainya
aku memohon kepada Alloh agar Gunung Uhud menjadi emas, Alloh pasti
mengabulkannya, tetapi apa yang terjadi jika gunung uhud benar-benar
menjadi emas, masdjid-masdjid akan sepi!. Semua orang akan sibuk memupuk
kekayaan dari gunung itu, aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya
engkau akan lupa beribadah kepada Alloh.
Tsa”labah terdiam mendengar nasehat
Rosululloh namun dalam hatinya berkecamuk. “Aku mengerti Rosulullloh
tidak mau mendo’akan karena beliau sayang kepadaku, beliau khawatir jika
aku menjadi orang kaya aku akan menjadi golongan orang-orang yang
khufur, tetapi aku tidak seburuk itu, justru dengan kekayaan yang aku
miliki aku akan membela agama ini dengan hartaku.
Akhirnya Tsa’labah
pulang, ia merasa malu apabila terus memaksa Rosululloh agar mau
mendo’akannya, namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan
hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang kian
menghimpitnya, Ditemuinya Rosulullloh, ya memohon untuk yang ketiga
kalinya aga Rosulullloh mau mendo’akan. Kali ini Rosululloh tidak bisa
menolak keinginan Tsa’Labah, beliau menengadahkan tangan kelangit.
Ya…ALLAH…limpahkanlah rejekiMU kepada Tsa’Labah”.
Kemudian Rosululloh
memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’Labah,
”Peliharalah kambing ini baik-baik….pesan Rasulullloh. Tsa’Labah pulang
membawa kambing pemberian Rasulullloh dengan hati yang berbunga-bunga”
Dengan modal kambing serta Do’a Rasululloh aku yakin aku akan menjadi
orang yang kaya raya.
Hari-berganti hari, bulan berganti bulan
Tsa’labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang yang
kaya yang terpandang, Kambingnya berjumlah ribuan, disetiap lembah dan
bukit terdapat kambingnya Tsa’Labah. Pagi itu Tsa’Labah berjalan-jalan
meninjau kandang-kandang kambing yang sudah tidak sesuai dengan jumlah
kambing yang terus berkembang biak. “Hmmm. Aku harus pindah dari sini
mencari lahan yang lebih luas untuk menampung kambing-kambingku.
Akhirnya Tsa’Labah menemui lahan yang luas dipiggir Madinah. Disana ia
membangun kandang-kandang baru yang lebih besar, Namun demikian
perkembangan kambing-kambing Tsa’Labah bagaikan air bah yang sulit di
bendung, kadang-kadang yang baru dibangun itu sudah penuh sesak oleh
ribuan kambing, Dengan demikian Tsa’Labah setiap hari disibukkan terus
dengn harta kekayaannnya, Ia yang dulu setiap Sholat lima waktu selalu
berjamaah di masdjid sekarang datang kemasdjid hanya pada waktu sholat
dhuhur dan ashar saja.
Kini kandang kambing yang baru dibangun
Tsa’labah di pinggin Madinah sudah tidak lagi memenuhi syarat, maka ia
memutuskan untuk mencari area yang lebih luas lagi, Tsa’labah sudah
tidak memikirkan lagi bagai mana ibadahnya bila jauh dari Madinah.
Kepalanya sudah dipenuhi dengan hubbudhunya, sehingga ia datang
kemasdjid hanya satu kali dalam satu minggu pada sholat Jum’at.
Dengan
demikian derasnya harta yang mengalir dirumah tsa’labah kini ia lebih
senang tinggal dirumah dari pada jauh-jauh datang kemesdjid, bahkan
sholat jum’at pun ia sudah takdatang lagi ke masjid. Sampai Rosulullloh
bertanya” Wahai sahabatku. sudah sekian lama Tsa’labah tidak keliahatan
di masjid…tahukah kalian kemana dan bagaimana keadaannya sekarang.
“Wahai Rosulullloh. Tsa’labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah
di Madinah maupun di luar Madinah telah penuh sesak dengan
kambing-kambingnya Tsa’labah.” “ Benarkah.. mengapa ia tidak pernah
menyerahkan Shodakahnya sedikitpun?”.
Setelah Alloh menurunkan ayat tentang
kewajipan Zakat. Rosulullloh mengutus dua orang sahabat untuk menjadi
amil zakat, seluruh umat islam di Madinah yang hartanya dipandang sudah
Nisob zakat didatangi, tak terkecuali Ts’Labah pun menjadi giliran.
Kedua utusan Rosulullloh membacakan ayat zakat dihadapat Tsa’Labah.
Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya ternyata memang
banyak harta Tsa’Labah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak
disangka Tsa’Labah mukanya berubah merah, ia berang. “Apa-apaan ini.
Kalian mengatakan ini zakat tetapi menurutku ini lebih tepat disebut
upeti!. Pajak!. Sejak kapan Rosulullloh menarik upeti Hah.!? Aku bisa
rugi” ucap Tsa’Labah. “Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan
hartaku ..!”
Kedua utusan Rosulullloh kembali
menghadap Rosulullloh dan menceritakan semua perbuatan Tsa’Labah, beliau
bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah
ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta
kekayaannya. “Sungguh celaka Tsa’Labah.. Celakalah ia..” Kemudian Allah
menurunkan ayat 75 dalam surat At-Taubah tantang ciri-ciri orang
MUNAFIK.
Ayat ini segera menyebar keseluruh muslimin di Madinah sehingga
ada salah seorang sahabat Tsa’Labah yang datang memberi tahunya.
Celakalah engkau Tsa’Labah, Allah telah menurunkan ayat karena tingkah
perbuatanmu. Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka
telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap Rosulullloh
dengan membawa zakat dari seluruh hartanya, Namun Rosulullloh tidak
berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, Sebab kedurhakaanmu Allloh
melarangku untuk menerima zakatmu.
Rosulullloh mengambil segenggam tanah
lalu dutaburkan ditas kepala Tsa’Labah, “inilah perumpamaan amalanmu
selama ini. sia- sia belaka. Aku telah perintahkan agar engkau
menyerahkan zakat tetapi engkau menolak, celakalah engkau Tsa’ Labah”.
Tsa’Labah kembali kerumahnya, dengan penyesalan yang tanpa batas dan
tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar Rosulullloh telah wafat,
ia semkin bersedih karena taubatnya tidak diterima oleh Rosulullloh
hingga beliau wafat. Tsa’Labah mencoba mendatangi Khalifah Abu Bakar
sebagai pengganti Rosulullloh, ia datang membawa zakat. Abu Bakar hanya
berkata “Rasulollloh saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin
aku dapat menerima zakatmu.!”
Demikian pula dizaman kekholifahaan umar
bin Khatab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakat, umar pun tidak mau
menerima sebagai mana Rosulullloh dan Abu bakar tidak mau menerima
zakatnya, Bahkan sampai kholifah usman bin Affan juga tidak mau menerima
zakat Tsa’labah karena Rosulullloh, Abu Bakar dan Umar tidak mau
menerima zakatnya.
Demikianlah kehidupan yang “hina” dan
penuh dengan kemurkaan ALLOH telah menimpa seorang sahabat Rosulullloh
yang telah tenggelam di dalam gelimang harta hingga menyeretnya ke
lembah kemunafikan, Ia telah melalaikan kewajibannya. Ia telah
mengingkari janji-janjinya, Ia telah melecehkan kemuliaan ALLOH dan
Rosulnya sehingga membuahkan penderitaan yang kekal abadi didalam
neraka. Nauszubillahi min dzalik..